Minggu, 27 Januari 2013

Research ~ Re and Search alias Cari Terus!!!


Sebelum pekerjaan gw yang sekarang, gw dahulu adalah seorang researcher atau orang yang bertugas melakukan research-research. Gw prihatin kenapa kok research seakan-akan menjadi momok bagi orang-orang kebanyakan. Mereka berpikir bahwa research itu susahlah, ribet lah, pusinglah, dsb. Padahal klo mau dibikin simple, research itu bisa dipakai dalam kehidupan sehari-hari contohnya untuk mencari pacar. Ga percaya? Dengan metode cluster random sampling lo bisa dapet siapa aja yang bisa lo deketin, atau dengan metode linear multiple regresi lo bisa cari tahu cara2 pendekatanlo itu berkorelasi positif ga dengan lo bisa jadian dengan yg lo taksir, bahkan dengan metode probabilitas lo bisa hitung tuh kemungkinan lo diterima/ditolak saat penembakan. Keren banget kan?? Makanya dari itu sampai detik tulisan ini dibuat, gw belum juga punya pacar.
Research, dibagi menjadi dua suku kata yaitu Re dan Search. Search yang dalam bahasa Inggris berarti mencari dan re yang berarti berulang-ulang. Jadi secara harafiah, arti research itu sebenarnya adalah terus menerus mencari dan mencari secara berulang-ulang. Jadi sebenarnya gw sebagai seorang researcher (dulu), gw hanya mendalami pekerjaan yang telah menghidupi gw selama beberapa tahun itu (walaupun kecil gajinya L). Banyak soalnya yang nanya, kok gw belum punya pacar sih?? Seperti yang gw bilang, research itu artinya adalah mencari secara berulang-ulang. Jadi di saat gw mencari pacar, gw bukannya ga dapet tu pacar.. Menghina banget, emangnya gw sejelek itu apa?? (Nggak sih, lo Cuma sejelek ini.. J) Gw sih dapet tu pacar yg gw mau, tapi ga gw jadiin aja. Karena esensi dari research setelah gw dapet hasilnya, gw akan mencari lagi dan cari lagi untuk mendapatkan yang lebih baik. Makanya dari itu sampai detik tulisan ini dibuat, gw belum juga punya pacar. *Kode banget diulang-ulang terus..*
Yah tapi lama2 hidup sendiri dengan berkonsepkan research itu jengah juga ya sebenarnya. Di umur segini orang2 (khususnya keluarga gw) sering menanyakan:  “Mana pacarnya?” atau “kapan menikah?”. Di saat gw menghadiri suatu acara2 keluarga seperti pernikahan, perayaan syukuran atau hari raya, pasti tipe2 pertanyaan seperti dengan otomatis akan keluar  ditanyakan ke gw. Dan gw udah punya beribu-ribu template jawaban untuk menjawab pertanyaan itu.. HAHAHAHA *Devils laugh*. Tapi ada satu tipe pertanyaan yang sebenarnya esensinya sama tapi gw cukup bingung untuk menjawabnya, pertanyaan itu adalah: “Kapan nyusul??”. Yup, tipe pertanyaan ini juga sering gw dengar ditanyakan ke gw. Pas menghadiri pernikahan teman atau saudara gw, pasti ada aja orang yang dateng ke gw nanya: “Kapan nih nyusul ke pelaminan??”. Gw sih diem aja deh klo udah ditanya gitu.. Tapi ada suatu waktu gw marah banget ditanya kayak gitu, di saat sepupu gw habis melahirkan anak pertamanya. Ada aja orang yang dateng ke gw nanya:”Kapan nih nyusul??”, kampret disangka gw lagi hamil apa dan bakal melahirkan.. (usep2 perut gendut..). Tapi gw sebagai orang yang baik, selalu mendoakan orang2 di sekitar gw agar selalu sehat dan panjang umurnya. Ya gw ga mau aja nanti disaat gw sedang melayat orang yang gw kenal meninggal, ada satu orang yang masih nanya tu pertanyaan yang sama ke gw: “kapan nyusul??”.
Berprofesi sebagai Researcher bukan suatu profesi yang cukup populer ya untuk mencari pasangan hidup. Ya selain karena pendapatannya juga ga seberapa, researcher pada umumnya nikahnya juga lama (late 30 or early 40 rata2). Kenapa bisa begitu? Menurut research (asheek) kebanyakan researcher itu lebih mementingkan researchnya sendiri dibandingkan pasangannya, dan mereka akan baru menikah di saat gelar akademisnya udah banyak (MS, MBA, PhD, Ed.D, Drs, ST, BBA, etc). Berbeda dengan orang2 kebanyakan akan menikah di saat uangnya atau investasinya udah banyak, menurut Researcher investasi di bidang akademisi lebih penting. Yah sayangnya di negeri ini tu gelar2 ga bisa dimakan langsung sih, yah contohnya aja gw yakin semuanya pasti lebih mengenal PhD sebagai Pizza Hut Delivery kan bukannya Doctor of Philosophy.?? 

Kebanyakan Researcher juga nantinya apabila berumah tangga akan dengan seorang researcher juga atau minimal profesi yang ga jauh2 dari situ (akademisi, guru, dosen, etc). Kenapa? Yah sebenarnya alasannya sama dengan artis2 yang menikah juga dengan sesama artis. Di infotaintment kan pasti ditanya, kenapa menikah dengan sesama artis? Bisa ditebak jawabannya pasti agar pasangan bisa lebih mengerti kondisi dan resiko pekerjaannya tu artis. Alasan yang sama dengan researcher yang menikahi sesama researcher, karena agar pasangan bisa mengerti kondisi dan resiko pekerjaan seorang researcher. Mengerti kondisi keuangan researcher yang pas2an dan kondisi dimana yang mau menikah dengan researcher itu ya pada akhirnya researcher-researcher juga.. ^^v

Tidak ada komentar:

Posting Komentar