Sebelum
pekerjaan gw yang sekarang, gw dahulu adalah seorang researcher atau orang yang
bertugas melakukan research-research. Gw prihatin kenapa kok research
seakan-akan menjadi momok bagi orang-orang kebanyakan. Mereka berpikir bahwa
research itu susahlah, ribet lah, pusinglah, dsb. Padahal klo mau dibikin
simple, research itu bisa dipakai dalam kehidupan sehari-hari contohnya untuk
mencari pacar. Ga percaya? Dengan metode cluster random sampling lo bisa dapet
siapa aja yang bisa lo deketin, atau dengan metode linear multiple regresi lo
bisa cari tahu cara2 pendekatanlo itu berkorelasi positif ga dengan lo bisa
jadian dengan yg lo taksir, bahkan dengan metode probabilitas lo bisa hitung
tuh kemungkinan lo diterima/ditolak saat penembakan. Keren banget kan?? Makanya
dari itu sampai detik tulisan ini dibuat, gw belum juga punya pacar.
Research, dibagi
menjadi dua suku kata yaitu Re dan Search. Search yang dalam bahasa Inggris
berarti mencari dan re yang berarti berulang-ulang. Jadi secara harafiah, arti
research itu sebenarnya adalah terus menerus mencari dan mencari secara
berulang-ulang. Jadi sebenarnya gw sebagai seorang researcher (dulu), gw hanya
mendalami pekerjaan yang telah menghidupi gw selama beberapa tahun itu
(walaupun kecil gajinya L).
Banyak soalnya yang nanya, kok gw belum punya pacar sih?? Seperti yang gw
bilang, research itu artinya adalah mencari secara berulang-ulang. Jadi di saat
gw mencari pacar, gw bukannya ga dapet tu pacar.. Menghina banget, emangnya gw
sejelek itu apa?? (Nggak sih, lo Cuma sejelek ini.. J) Gw sih dapet tu pacar yg gw
mau, tapi ga gw jadiin aja. Karena esensi dari research setelah gw dapet
hasilnya, gw akan mencari lagi dan cari lagi untuk mendapatkan yang lebih baik.
Makanya dari itu sampai detik tulisan ini dibuat, gw belum juga punya pacar.
*Kode banget diulang-ulang terus..*
Yah tapi lama2
hidup sendiri dengan berkonsepkan research itu jengah juga ya sebenarnya. Di umur
segini orang2 (khususnya keluarga gw) sering menanyakan: “Mana pacarnya?” atau “kapan menikah?”. Di
saat gw menghadiri suatu acara2 keluarga seperti pernikahan, perayaan syukuran
atau hari raya, pasti tipe2 pertanyaan seperti dengan otomatis akan keluar ditanyakan ke gw. Dan gw udah punya
beribu-ribu template jawaban untuk menjawab pertanyaan itu.. HAHAHAHA *Devils
laugh*. Tapi ada satu tipe pertanyaan yang sebenarnya esensinya sama tapi gw
cukup bingung untuk menjawabnya, pertanyaan itu adalah: “Kapan nyusul??”. Yup,
tipe pertanyaan ini juga sering gw dengar ditanyakan ke gw. Pas menghadiri pernikahan
teman atau saudara gw, pasti ada aja orang yang dateng ke gw nanya: “Kapan nih
nyusul ke pelaminan??”. Gw sih diem aja deh klo udah ditanya gitu.. Tapi ada
suatu waktu gw marah banget ditanya kayak gitu, di saat sepupu gw habis
melahirkan anak pertamanya. Ada aja orang yang dateng ke gw nanya:”Kapan nih
nyusul??”, kampret disangka gw lagi hamil apa dan bakal melahirkan.. (usep2
perut gendut..). Tapi gw sebagai orang yang baik, selalu mendoakan orang2 di
sekitar gw agar selalu sehat dan panjang umurnya. Ya gw ga mau aja nanti disaat
gw sedang melayat orang yang gw kenal meninggal, ada satu orang yang masih
nanya tu pertanyaan yang sama ke gw: “kapan nyusul??”.
Berprofesi sebagai
Researcher bukan suatu profesi yang cukup populer ya untuk mencari pasangan
hidup. Ya selain karena pendapatannya juga ga seberapa, researcher pada umumnya
nikahnya juga lama (late 30 or early 40 rata2). Kenapa bisa begitu? Menurut research
(asheek) kebanyakan researcher itu lebih mementingkan researchnya sendiri
dibandingkan pasangannya, dan mereka akan baru menikah di saat gelar
akademisnya udah banyak (MS, MBA, PhD, Ed.D, Drs, ST, BBA, etc). Berbeda
dengan orang2 kebanyakan akan menikah di saat uangnya atau investasinya udah
banyak, menurut Researcher investasi di bidang akademisi lebih penting. Yah sayangnya
di negeri ini tu gelar2 ga bisa dimakan langsung sih, yah contohnya aja gw
yakin semuanya pasti lebih mengenal PhD sebagai Pizza Hut Delivery kan bukannya
Doctor of Philosophy.??
Kebanyakan Researcher juga nantinya apabila
berumah tangga akan dengan seorang researcher juga atau minimal profesi yang ga
jauh2 dari situ (akademisi, guru, dosen, etc). Kenapa? Yah sebenarnya alasannya
sama dengan artis2 yang menikah juga dengan sesama artis. Di infotaintment kan
pasti ditanya, kenapa menikah dengan sesama artis? Bisa ditebak jawabannya
pasti agar pasangan bisa lebih mengerti kondisi dan resiko pekerjaannya tu artis.
Alasan yang sama dengan researcher yang menikahi sesama researcher, karena agar
pasangan bisa mengerti kondisi dan resiko pekerjaan seorang researcher. Mengerti
kondisi keuangan researcher yang pas2an dan kondisi dimana yang mau menikah dengan
researcher itu ya pada akhirnya researcher-researcher juga.. ^^v
Tidak ada komentar:
Posting Komentar